Di
dalam hidup bermasyarakat kita harus pandai melilih dan memilah kata-kata
orang. Karena kita dihadapkan banyak karakter manusia yang berbeda-beda. Ada
yang pemarah, ada yang sombong, baik dan sebagainya. Setiap perkataan orang juga
jangan diamini semua, bisa jadi kita yang repot sendiri. Pokoknya dikehidupan
bermasyarakat selalu serba salah. Apalagi kalau kita dibenci orang, sesuatu
yang kita lakukan pastilah salah dimata mereka. Dulu ada kisah mengenai orang
yang bernama Nasrudin. Beliau adalah tokoh Sufi di jamannya. Suatu ketika dia
dan anaknya meninggalkan rumahnya menuju pasar, bertemu lah mereka dengan
beberapa orang. Dimana orang-orang itu berkata sambil mencibir “ Hai
teman-teman, lihatlah bapak dan anak yang menuntun keledainya itu. Betapa bodoh
dan tololnya mereka, masa keledai dituntun begitu saja, bukankah mereka
bisa menaiki keledai tersebut agar tidak lelah?”. Mendengar cemoohan itu
kemudian Nasrudin pun bersama anaknya menaiki keledai tersebut. Berselang
tak lama dari kelompok pertama tadi si bapak dan anak ini ini bertemu dengan
serombongan ibu-ibu yang berbisik-bisik namun dengan suara yang dikeraskan
hingga bisikannya pun terdengar oleh Nasrudin dan anaknya “Masya’ Allah
benar-benar keterlaluan mereka berdua itu, keledai yang badannya lebih kecil
dari kuda dinaiki oleh dua orang pria yang badannya tegap. Kasihan keledai
tersebut ya, kalau mau naik harusnya cukup satu orang saja”. Mendengar bisik
bisik itupun, Nasrudin turun dari keledai namun anaknya tetap naik keledai.

Mendengar
cacian penduduk di daerah pemukiman itu, Nasrudin pun turun dari
punggung keledai dan sang anak pun bertanya " Pak apa yang harus kita
lakukan?" spontan saja Nasrudin meminta anaknya untuk bersama sama
menggendong keledai tersebut. Namun tak ayal sontak begitu sampai di pasar
mereka ditertawakan orang orang ,”hahahaha, lihatlah kedua bapak anak yang
bodoh itu, masa keledai digendong, harusnya kan dinaiki atau dituntun”.
Hikmah
yang bisa kita pelajari dari kisah Nasrudin dan anaknya diatas adalah dalam
hidup ini janganlah kita terlalu mendengarkan omongan orang karena tidak akan
ada habisnya omongan orang yang kita dengar yang kemudian akan mendorong kita
untuk berbuat menuruti omongan orang. Padahal belum tentu semua omongan
tersebut benar adanya.
Memang
sekali-kali kita mendengarkan omongan orang untuk bahan masukan kita barangkali
kita melakukan kesalahan tetapi jangan semuanya kita turuti omongan orang. Kita
harus memilah-milah mana yang baik adan yang buruk. Kalau kita turuti jadilah
seperti cerita Nasrudin dan anaknya tersebut diatas. Repot dan repot……
Ditulis oleh : RF. Arsenio
Post a Comment